Untukmu Bumiku, Bersama Bergerak Berdaya Melakukan Aksi Sederhana dan Nyata

Senin, Mei 15, 2023

Tidak terasa kita sudah mau memasuki pertengahan tahun 2023. Bicara tentang pertengahan tahun, biasanya dimulai dari bulan Mei ke Juni, Pulau Jawa dan sekitarnya sudah mulai memasuki musim kemarau. Namun faktanya, masih sering terjadi hujan deras disertai angin kencang namun terkadang panas sangat terik, ini sudah menjadi fenomena sehari-hari. Rasanya-rasanya saat ini seperti sudah tidak ada lagi yang namanya musim kemarau dan musim penghujan. Seperti sama saja, cuacanya tidak menentu, bumi pun makin hari makin panas dan pengap saja. Perubahan iklim itu nyata adanya dan terus kita rasakan.

Permasalahan lingkungan hidup saat ini memang jadi masalah yang paling sering terjadi di Indonesia. Penyebabnya selain dari faktor alam juga dari faktor manusianya sendiri. Berdasarkan sumber Global GHG Emissions by Economic Sector, EPA 2014 dan sumber YUNGA Climate Change Challenge Badge, penyebab perubahan iklim dipengaruhi banyak hal, dan lebih banyak bersumber dari aktivitas manusia. Apa sajakah itu? Mulai dari penggunaan transportasi, listrik untuk keperluan barang dan jasa, peralatan elektronik dan pemanas, pertambangan, peternakan dengan hewan ternak penghasil metana, pembakaran bahan bakar fosil di bidang manufaktur, hingga aktivitas hutan seperti pembakaran, penebangan hutan dan pembukaan lahan. Ironisnya aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan emisi karbon dan menjadi kontributor perubahan iklim bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Sedihnya lagi, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang membuat Indonesia menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Karhutla yang terjadi berulang kali di Indonesia itulah yang juga turut menyumbang kenaikan emisi karbon yang signifikan secara global.

Masih bingung mengapa emisi karbon bisa menyebabkan perubahan iklim? Sederhananya, emisi karbon adalah pelepasan karbon (pembakaran senyawa yang mengandung gas karbon seperti CO2, LPG, solar, dan bahan bakar lainnya) ke atmosfer. Emisi gas yang berlebihan bisa menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan dan berdampak pada perubahan cuaca. Fenomena ini tentunya semakin membahayakan jika dibiarkan dan tidak ada upaya serius dalam mengatasinya. Pengaruhnya sangat banyak yakni bisa ke kesehatan manusia diantaranya masalah pernapasan, penyakit mudah menular dan dehidrasi, ketahanan terhadap air bersih pun menurun, banyak terjadinya bencana alam seperti banjir dan erosi pantai, kepunahan satwa hingga berdampak ke bidang perekonomian.
sumber : IESR

Langkah-langkah yang Bisa Dilakukan untuk Meminimalisir Perubahan Iklim

Memiliki lingkungan sehat dan lestari merupakan hak yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki kekayaan alam serta hasil hutan yang berlimpah.

Di Indonesia ada garda terdepan yang berjuang bersama untuk mengurangi emisi, yaitu Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal/Indigenous Peoples & Local Communities (IPLCs). Mereka bersama-sama berperan penting dalam pelestarian hutan dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Namun bumi ini milik kita bersama, jadi menjaganya dan mencegah perubahan iklim bukan hanya tanggung jawab mereka saja melainkan kita bersama.

Upaya bergerak dan berdaya dalam menjaga lingkungan hidup harus dilakukan oleh semua pihak, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah. Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak emisi karbon pada perubahan iklim terhadap lingkungan; mengurangi pemakaian plastik, mengonsumsi hasil hutan lestari, menanam tanaman atau pohon, menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi, bijak dalam penggunaan energi terutama listrik dan air, tidak melakukan kebiasaan Fast Fashion (istilah yang digunakan dalam industri tekstil yang memiliki berbagai model fashion yang silih berganti dalam kurun waktu yang sangat singkat), menerapkan Reduce Reuse Recycle.

Mengenal Energi Terbarukan Sebagai Solusi Mitigasi Risiko Perubahan Iklim

Selain aksi-aksi di atas tadi, penggunaan sumber energi terbarukan juga bisa menjadi salah satu solusi untuk
untuk mengurangi polusi di atmosfer. Apakah teman-teman sudah pernah mendengar tentang energi terbarukan?

Sumber energi terbarukan adalah sumber energi ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global, karena energi yang didapatkan berasal dari proses alam yang berkelanjutan (sumber: Jurnal Energi - Media Komunikasi Kementerian ESDM).

Apa saja kira-kira yang bisa menjadi sumber energi terbarukan? Energi angin, energi air, energi surya, energi panas bumi (geothermal), energi biofuel hingga energi gelombang laut bisa menjadi sumber energi terbarukan.

Energi biofuel adalah salah satu sumber energi terbarukan yang paling mudah ditemukan di sekitar kita. Sampah yang tersebar di lingkungan sekeliling kita ternyata bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. Sebagai contoh, biodiesel yang dibuat dari minyak jelantah untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar nabati (biofuel) yang bisa untuk kapal laut dan kapal penangkap ikan. Sampah serta limbah organik seperti sampah sayur dan buah pun bisa dimanfaatkan untuk biogas penghasil tenaga listrik.

Tindakan Nyata untuk Mewujudkan Bumi Berdaya dan Pulih Lebih Kuat

Kata-kata tidak akan ada artinya tanpa aksi nyata. Apa yang sudah teman-teman lakukan untuk mewujudkan bumi berdaya dan pulih lebih kuat? Aku mau sedikit berbagi upaya yang sudah dan sedang aku lakukan untuk membantu bumi pulih kembali. Walau masih terlihat sederhana dan skala kecil, namun lebih baik daripada tidak sama sekali, bukan? Karena aku percaya dan yakin, langkah dan upaya sekecil apapun akan selalu membawa dampak baik yang besar jika kita terus #BersamaBergerakBerdaya.

1. Mengurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Plastik merupakan salah satu bahan yang paling sulit diurai dan memiliki dampak yang buruk pada lingkungan. Aku sudah dari lama mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan cara membawa botol minuman (tumbler) sendiri demi mengurangi pembelian minuman yang dikemas dengan plastik, mengganti sedotan plastik dengan sedotan besi atau bambu dan menggunakan kantong belanja yang dapat digunakan kembali.

2. Lebih Sering Menggunakan Transportasi Umum 
Kendaraan bermotor bisa menjadi salah satu sumber emisi karbondioksida yang besar, yang berdampak pada perubahan iklim. Sebisa mungkin, aku lebih sering bepergian menggunakan transportasi umum. Selain karena bisa membantu mengurangi terjadinya emisi karbon, dengan menggunakan transportasi umum aku juga jadi lebih banyak berjalan kaki. Jadi bisa sekalian olahraga juga. 

3. Menanam Tanaman dan Pohon
Aku sudah mulai menjalani healthy lifestyle dan mulai mencoba menanam banyak tanaman. Sudah dari lama memang Ayahku senang menanam berbagai macam tanaman di pekarangan rumah. Aku juga banyak melihat teman-teman dekatku mulai menanam tanaman dan membagikan pengalamannya di media sosial. Aku jadi lebih semangat deh untuk tanam menanam.

4. Menerapkan Reduce Reuse Recycle dan Mulai Menjalani Sustainable Living
Konsep 3R ini juga sudah dari lama aku terapkan. Aku memilah-milah sampah dan mengelompokkan sesuai kategori, dan membawa sampah anorganik seperti sampah plastik, kertas atau kemasan kaca ke Bank Sampah. Karena aku juga suka membuat DIY, aku memanfaatkan barang atau bahan yang masih bisa digunakan agar tidak menjadi sampah. Selain itu aku juga sudah mulai perlahan dan sedikit demi sedikit menjalani Sustainable Living seperti mengonsumsi makanan sehat dan organik, lebih cermat dalam membeli baju dan menahan diri untuk tidak menerapkan Fast Fashion, menerapkan prinsip "buy what you need & choose wisely", mengurangi jajan di luar yang menggunakan kemasan sekali pakai, mulai menggunakan produk-produk ramah lingkungan seperti kapas kain, sedotan reusable, sikat gigi ramah lingkungan, tumbler, kantong belanja non-plastik, melakukan decluttering, dll.

5. Mengurangi Konsumsi Listrik Secara Berlebihan
Mengurangi konsumsi listrik dapat membantu mengurangi emisi karbon dan membantu dalam penghematan energi. Langkah ini dapat dilakukan dengan mematikan peralatan listrik atau lampu jika tidak digunakan.

6. Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Menjaga keseimbangan ekosistem dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan pestisida atau bahan berbahaya lainnya pada tanaman. 

7. Konsisten Melakukan Aksi Iklim
Semua hal-hal baik yang kita lakukan pastinya akan berdampak positif jika kita konsisten melakukannya, secara bersama-sama. Jadi yuk teman-teman, temani aku untuk konsisten melakukan Aksi Iklim karena ini semua dilakukan #UntukmuBumiku demi bumi yang sehat kembali dan pulih lebih kuat. Kalau kata Team Up for Impact sih, "Siapapun bisa menyelamatkan bumi dengan caramu sendiri". Yes, setuju!

Jadi, jangan lupa juga ajak orang terdekat untuk ikut serta bersama bergerak berdaya melakukan aksi nyata untuk bumi, ya!

Kalau aku punya kesempatan untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim, aku ingin menerapkan kebijakan di setiap RT wajib menanam minimal 3 tanaman di sekeliling rumah, bisa di pekarangan, kebun di rumah atau menggunakan pot jika lahannya terbatas.

Selain itu aku juga ingin membuat hari "Ubah Sampahmu, Selamatkan Bumimu". Konsepnya adalah, dalam setahun ada satu bulan (misalnya ditetapkan di bulan Desember) dimana satu keluarga atau satu rumah tangga diwajibkan untuk mengumpulkan sampah sayur atau buah untuk nantinya disetor kemudian diubah menjadi energi terbarukan biofuel.

Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!

You Might Also Like

0 comment

Like on Facebook Page

Part Of

Jakarta Beauty Blogger Blogger Perempuan Indonesian Female Bloggers DASY.mal Warung Blogger Mama Daring