Kebakaran Hutan dan Lahan Harus Jadi Tanggung Jawab Bersama

Kamis, Juni 16, 2022

Senang enggak lihat hutan yang hijau, bagus, adem, asri? Apalagi kalau lagi berwisata di tempat yang hutannya masih bagus. Hutan bukan cuma sekadar tempat healing yang adem, perannya lebih dari pada itu. Hutan bisa sebagai sumber air, penyimpan karbon, penghilang polutan, tempat tinggal satwa & tumbuhan dan masih banyak lagi.

Bareng sama teman-teman #EcoBloggerSquad 2022 dan kali ini sama Auriga Nusantara, aku dapet banyak ilmu dan pencerahan lagi nih seputar lingkungan terutama mengenai kebakaran hutan dan lahan.

Faktanya, hutan banyak yang rusak! Kebakaran hutan dan juga lahan (karhutla) terus-terusan terjadi. Karhutla di Indonesia tiga tahun lalu adalah salah satu yang paling mengkhawatirkan selama dua dekade terakhir. Data pemerintah menunjukan hutan dan lahan seluas 1,6 juta hektar hangus dilalap api. Ini menjadi yang terparah sejak bencana asap tahun 2015. Bahkan Karhutla inilah yang juga bikin Indonesia jadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia! serem ya. 
sumber : Pixabay

Kebakaran yang terjadi berulang kali di Indonesia turut menyumbang kenaikan emisi karbon yang signifikan secara global. Dalam dekade terakhir, 2015 dan 2019 menjadi tahun terburuk kebakaran dan bencana kabut asap. 

Kemarau panjang sering banget dibilang sebagai pemicu kebakaran yang utama. Tapi tahu enggak? Faktanya kebakaran itu terus terjadi bahkan di tahun-tahun yang enggak ada kemarau panjang. Jadi penyebabnya apa dong? Ya benar! Ulah manusia. Contohnya pembukaan lahan yang enggak sesuai peraturan, penebangan hutan, pembakaran hutan dan lahan gambut oleh pihak-pihak yang enggak bertanggung jawab.

Selain hutan, lahan gambut juga bisa terbakar, atau lebih tepatnya sengaja dibakar. Sebagian besar titik panas sepanjang 20 tahun terakhir berada di lahan gambu, terutama di Kalimantan Tengah, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Papua. Ini yang kemudian menyebabkan kebakaran menjadi semakin sulit dipadamkan. Api menjalar di perut gambut, dan memicu bencana asap.

Tapi, apasih sebenarnya lahan gambut itu? Singkatnya, gambut terdiri dari tumpukan bahan organik seperti daun, ranting, hewan-hewan mati, dan material organik yang tidak mengalami penguraian sempurna. Proses pembentukan kubah gambut tidak bisa dibilang sebentar, butuh waktu selama ribuan tahun. Daratan yang datar, hutan yang lebat, dan sifatnya yang seperti spons (mengikat air) karena bisa menyerap dan mengeluarkan air, membuat gambut tetap terjaga basah sepanjang tahun. Kondisi yang seperti itulah membuat proses pembusukan terhenti sehingga karbon akan tetap tersimpan di dalam tanah. Gambut itu bisa mengatur siklus air.

Lahan gambut rentan terhadap berbagai ancaman, seperti karhutla, pengeringan lahan hingga alih fungsi lahan untuk kegiatan pertanian dan ekonomi lainnya. 
Kebakaran lahan gambut bisa terjadi karena awalnya ada yang memotong beberapa pohon kemudian menggali sebuah parit untuk mengalirkan potongan kayu dari hutan. Air yang sebelumnya tersimpan di dalam gambut mengalir keluar melalui parit. Akhirnya cahaya pun memasuki hutan, suhu udara menjadi naik, material karbon di sekitar parit menjadi kering. Oksigen pun bersirkulasi, benda-benda organik terurai dalam waktu lebih cepat, karbon yang padat pun bertransformasi menjadi karbondioksida dan lepas ke udara bebas. 

Dalam skala kecil, ini adalah aktivitas yang kecil. Hutan gambut akan tumbuh kembali dan tetap mempunyai cadangan karbon yang besar dan berbagai material berharga untuk masyarakat lokal. Tapi semua itu berbeda ketika aktivitas penebangan hutan dilakukan dalam skala yang besar. Kanal-kalan besar dan parit-parit menjadi jalur transportasi masyarakat. Air mengalir keluar dari kubah gambut. Jika terus berlanjut, tentunya air akan semakin berkurang. Jika kubah gambut menjadi kering, ketinggian tanah akan berkurang. Kontak dengan oksigen dan sinar matahari memicu pelepasan karbon. Jika gambut terkena api, proses ini mempercepat lepasnya karbon. Dalam proses ini, sejumlah besar karbon dioksida, gas yang beracun akan terlepas ke atmosfir dan menjadi berbahaya.


Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan

Apakah kebakaran hutan & lahan berdampak buruk? Kebakaran hutan dan lahan berdampak bagi kesehatan, pendidikan, limgkungan hidup, bahkan terhadap satwa dan juga tumbuhan. Saat kejadian kebakaran 2015, 24 orang meninggal dunia, 600 ribu jiwa terjangkit ISPA, sejumlah bayi menderita batuk, flu, sesak nafas dan muntah. Berdasarkan data UNICEF untuk kebakaran 2019, lebih dari 46.000 sekolah memiliki kualitas udara buruk dan di kejadian kebakaran 2015, kurang lebih 1,5 juta peserta didik mengalami ketertinggalan pelajaran.

Satwa dan tumbuhan juga enggak luput terkena dampak dari kebakaran hutan dan lahan. Tumbuh-tumbuhan habis terbakar. Satwa-satwa juga kehilangan tempat tinggal dan juga makanannya, akhirnya mereka mencoba keluar dari hutan mencoba masuk ke pemukiman warga, mencari makanan bahkan enggak jarang juga mencuri atau merusak tempat warga. Alhasil banyak warga yang merasa enggak nyaman dengan kehadiran satwa tersebut, kemudian memasang jerat atau jebakan bahkan enggak segan membunuh satwa. Wah dampaknya jadi bisa kemana-mana ya manteman.

Makanya yuk manteman lebih aware & speak up sama isu-isu lingkungan kayak karhutla gini. Walaupun Indonesia telah menerbitkan regulasi Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Primer dan Lahan Gambut serta regulasi tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut yang dengan peraturan pelaksanaannya dan juga sudah dibentuknya Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk mengkoordinasikan upaya pemulihan ekosistem gambut, kita juga bisa turut serta menjaga dan membantu. Organisasi-organisasi non-pemerintah pun cukup sering mengadakan penyuluhan atau sosialisasi terkait pencegahan dan penanggulangan karhutla. Dan menurutku para pelaku kejahatan lingkungan pun harus ditindak secara tegas.

Banyak cara yang bisa kita lakukan seperti rajin spread awareness terhadap lingkungan lewat sosmed/blog/youtube kalian, ikutan berdonasi untuk membantu menjaga kelestarian hutan, lahan gambut dan juga lingkungan. Manteman juga bisa support dengan cara memakai produk-produk yang sudah ECO label atau memakai produk dari perusahaan-perusahaan yang enggak terlibat dalam kegiatan pembakaran hutan dan juga manteman bisa bantu menanam pohon, menerapkan zero waste, dan lain-lain.

Oiya manteman kalau butuh list perusahaan-perusahaan apa saja yang produk-produknya sudah ECO label dan enggak ikut serta dalam kegiatan penebangan atau pembakaran hutan, bisa hubungi sosmed di twitter atau Instagram untuk minta datanya. Tim dari Auriga akan siap membantu. Visit juga webnya di auriga.or.id untuk cari tahu info atau data terkait Kebakaran Hutan & Lahan.

You Might Also Like

0 comment

Like on Facebook Page

Part Of

Jakarta Beauty Blogger Blogger Perempuan Indonesian Female Bloggers DASY.mal Warung Blogger Mama Daring